Tags

, , , , , ,


 Lihatlah Negeriku yang indah. Beragam suku, adat, budaya, bahasa, ras, dan agama yang menyatu di dalam suatu negeri yang indah, yaitu Indonesia. Haruskah kita berpaling meninggalkannya? Satu hal yang harus kita sadari, betapa indahnya Indonesia, Negeri bahari yang kaya akan sumber daya Alam dan manusianya, Negeri maritim yang terbentang luas, Indonesia memiliki citra pesona alam yang indah di mata dunia. Ini semua adalah miliki kita yaitu Bangsa Indonesia. Sadarlah bahwa kita adalah suatu bangsa yang besar. Negeranya yang terdiri dari banyak pulau adalah ciri dari Negeri kita yang tidak dimiliki oleh bangsa lain. Selain pulaunya yang banyak sekali, Negeri ini memiliki banyak tempat wisata.

Negeri ini sangatlah indah. Sekaya apa pun negeri orang, tak rela rasanya saya di buang jauh dari negeri ini. Kampung halaman tempat kita lahir. Tanah yang akan dirindu kan oleh mereka yang merantau jauh. Tempat air mata berjatuhan. Tempat darah pahlawan mengalir demi negeri ini. Banyak cinta dan banyak kerinduan yang sangat tidak bisa untuk digantikan.

Selain negeri yang indah dan penuh cinta, negeri ini adalah negeri yang penuh dengan dendam, penghianatan dan kebohongan dalam peradaban. Bergantinya kekuasaan tak terlepas dari keserakahan dan ketamakan. Satu persatu hancur dan runtuh karena kita sesungguhnya bukanlah bangsa yang ramah.

Darah itu tumpah oleh tangan saudara sendiri. Luka itu berbekas ditusuk kerabat dekat dan jauh. Sehingga datanglah orang asing yang mengambil kekayaan negeri indah ini. Dan pengkhianatan kembali menjadi kebanggaan. Tetapi negeri ini juga penuh orang baik, yang melawan para penghianat. Tetapi para pengkhianat bergelut kuasa, kekayaan dan kedudukan menjadi senjata bagi orang asing untuk semakin lama menjadi penguasa. Tetapi negeriku ini tetaplah negeri yang indah.

Negeri yang kaya ini, tetapi di miskinkan oleh keserakahan sedikit orang saja. Korupsi bukanlah identitas baru bangsa ini, tetapi telah menjadi jati diri.

Bangsa ini bukan bangsa yang ramah. Tawuran bukanlah barang baru, sejak dahulu sudah begitu. Negeri ini tetaplah negeri yang elok, meski kita adalah bangsa yang kurang memilki malu. Suap menjadi kebiasaan dan malah menjadi kebanggaan. Si Japrut dengan enaknya bercerita, “Tadi gue ketangkep polisi di jalan, gak pake helm. Ya udah, gue tak tawarin aja polisinya dua puluh ribu, eh dia mau.” dan temannya juga bercerita, “Gue kemarin hampir kena Dua ratus ribu. Untung aja polisinya mau nego.”

Negeri ini negeri yang indah. Saya tak mau ditukar dengan sepuluh ribu kali dengan kekayaan Negera lain. Karena di tanah ini Ibu saya lahir dan membesarkan saya. Tetapi apa daya, jika bangsa ini masih beringasan, jika negeri ini masih tak malu dengan kemiskinan, jika negeri ini masih bangga dengan pengkhianatan dan lebih parah lagi masih sabar dalam kebodohan, karena malas belajar, harga bukunya hanya mampu terbeli oleh orang kaya, Sekolah Islamnya lebih cocok menjadi sekolah untuk anak-anak orang Islam yang kaya. Para gurunya sering menjadi tukang palak di sekolah. Rumah sakitnya yang sangat nyaman hanya untuk orang kaya. Maka kita akan menjadi orang asing di negeri. Asing dengan keindahan negeri kita sendiri. Asing dengan kekayaan negeri kita sendiri. Asing dengan para wakil kita sendiri, dan asing dengan pemimpin yang berada di negeri kita sendiri. Karena pemimpinnya terlalu asik berada di atas awan. Tetapi Negeri ini tetaplah Negeri yang indah karena alamnya.