Saya masih bingung untuk menjawab ketika ada orang bertanya kepada saya, “kamu kuliah di mana?”, dan saya pun menjawab “saya kuliah di Bogor EduCARE”. Lalu orang itu bertanya lagi  sambil memasang muka kebingungan “berapa tahun?”, nah di situ saya mulai bingung untuk menjawab karena kalau saya bilang satu tahun, pasti orang itu akan bertambah bingung. Apalagi kalau mereka bertanya “jurusannya apa jah?”, saya semakin bingung untuk mejawabnya. Karena di sana semuanya dipelajari dan tidak menjurus ke satu jurusan saja. Saya terkadang berfikir bagaimana cara menjelaskan kepada orang lain tentang kampus saya ini dengan jelas dan singkat.

Bahkan yang lebih membingungkan lagi, pada waktu saya mendapat panggilan ke tempat Praktek Industri bersama teman – teman. Saya ditanya “dari kuliah mana mas?”, saya menjawab “dari kampus Bogor EduCARE pak” dan bapak itu bertanya lagi “apa itu Bogor EduCARE?”, lalu saya dan teman – teman saya menjawab serentak :

“Bogor EduCARE adalah sebuah lembaga pendidikan keterampilan di bawah Yayasan Peduli Pendidikan Mandiri yang memberikan BEASISWA PENUH dan khusus disediakan bagi generasi muda yang berasal dari KELUARGA TIDAK MAMPU dengan syarat dan test seleksi yang ketat.

Dengan mengikuti pendidikan keterampilan di Bogor EduCARE, anak-anak muda ini diharapkan mampu mengembangkan kapasitas dan kapabilitas diri melalui penguasaan ilmu pengetahuan dan keterampilan hidup sebagai bekal menuju kehidupan yang lebih baik di masa depan, baik untuk mereka sendiri, orang tua dan keluarga.

Sejak awal pendirian hingga pertengahan tahun 2008, kegiatan belajar mengajar Bogor EduCARE dilakukan dengan menempati sebuah rumah sewa di Panaragan Kidul dengan daya tampung terbatas dan perlengkapan belajar-mengajar yang sederhana dan seadanya.

Pada pertengahan tahun 2008, Bogor EduCARE memiliki kampus sendiri yang berlokasi di wilayah Sukaraja Kabupaten Bogor. Kampus yang merupakan sumbangan para dermawan ini dapat menampung ratusan mahasiswa dan dilengkapi dengan sarana pendukung belajar mengajar yang representatif”.

Kami kebingungan setelah kami menjelaskan tentang kampus kami, karena bapak yang mendengarkan kami tertidur sambil mendengkur di atas sofa. Mungkin suara kami sangat merdu untuk didengarkan sampai membuat orang tertidur pules. Sampai – sampai bapak itu dapat membuat pulau ciptaannya sendiri. Bukan pulau yang berada di atas permukaan laut, melainkan pulau yang berada di atas permukaan sofa.

Ketika kami ditanya – tanya, tiba – tiba saya ingin buang air kecil. Lalu saya keluar dari kantor sendirian dan menuju ke kamar mandi. Saya terkesan dengan kantornya yang begitu megah dan sangat bersih. Saat saya menuju ke kamar mandi, saya sedih bahkan ingin menangis dan berteriak keras. Untuk menuju ke kamar mandinya saja saya harus melewati banyak rintangan, saya harus melewati gua yang sangat gelap, menaiki perahu yang terbuat dari kumpulan bambu yang sudah rusak, sampai saya mengadapi naga – naga raksasa. Dan akhirnya saya diam di pojokan sambil menangis. Lalu ada seorang karyawati yang menghampiri saya dan bertanya “knp mas sedih ya ga diterima di sini? yang sabar ya mas”, saya menangis semakin tersedu – sedu sampai – sampai celana saya basah kuyup.

Karyawati itu kembali bertanya “mas – mas knp sih? klo ada masalah curhat dong..”, anehnya saat itu saya sangat sulit untuk mengucapkan sepatah kata pun. Padahal saya ingin sekali mengucapkan “Mba, kamar mandi di mana ya? saya sudah tidak tahan”. Lalu karyawati itu memberi tahu saya, “mas dari sini jalan aja lurus terus, lalu sampai bertemu perempatan, nah mas naek jah 03, terus turun di empang”. Dengan muka kebingungan dan galau karena sudah tidak tahan menahan buang air kecil, saya mengikuti saran yang diberikan oleh karyawati itu.